Tuesday, April 26, 2016

Daftar Harga Papan Partikel Terbaru 2016

Bagi anda yang sedang mencari informasi mengenai harga triplek, dibawah ini adalah daftar harga triplek terbaru yang dapat anda jadikan acuan atau patokan harga ketika membelinya nanti. Sebab, biasanya harga antara satu daerah dengan daerah lainnya tidak selalu sama, jadi agar anda tidak merasa kemahalan, alangkah baiknya anda mengetahui terlebih dahulu harga pasarannya. Informasi mengenai harga triplek di bawah ini meliputi triplek kayu meranti, sengon, dan albasia.

Triplek atau multiplek merupakan olahan kayu yang begitu sangat populer. Hal tersebut dikarenakan triplek memiliki kekuatan yang lebih dibanding jenis olahan kayu lainnya. Setidaknya ada 2 jenis kayu yang digunakan untuk membuat triplek.

1. Harga Triplek Soft wood
kayu lapis jenis ini bahannya lebih lunak. Biasa dibuat dengan bahan kayu Albasia atau Jinging. Hal ini populer di Jawa Barat. sedangkan di Jawa Tengah ada kayu Sengon dan Angsana.


2. Harga Triplek hard wood
Berbeda dengan soft wood, hard wood dibuat dengan bahan kayu yang keras. Hard wood pada umumnya dibuat dengan bahan dari kayu meranti dan kayu pohon buah-buahan. Triplek jenis ini biasanya digunakan untuk membuat berbagi macam furniture, papan untuk pengecoran serta bekisting.


 3. Harga Triplek Partikel Board

Bisa dibilang partikel board adalah triplek kasta terbawah. Triplek ini dibuat dengan bahan serbuk kayu kasar, sehingga sangat rentan oleh air. Pada Proses pembuatannya, bubuk-bubuk kayu diolah akan ditekan (press) sehingga memadat namun tetap berpori.


4. Harga Triplek Blockboard 
Jenis papan yang kedua adalah blockboard. Jenis ini dibuat pada umumnya menggunakan kayu sebanyak 3 lapis. Sedangkan ketebalannya sendiri bervariasi, mulai dari 0,5 hingga 2mm. Selain itu serat dari triplek blockboard pun bermacam-macam, mulai dari serat jati hingga yang berlapis melaminto.


5. Harga Triplek MDF
MDF atau Medium Density Fiberboard merupakan papan serat kayu yang pada umumnya dibuat dengan bahan berupa serat kayu. Nantinya serat kayu ini diambil dari dua jenis kayu, baik lunak maupun keras. MDF banyak digunakan sebagai bahan furnitur karena kualitasnya yang baik.


Sumber : Portalbangunan.com

Material Pelapis dan Finishing Papan Partikel


Faktor utama dari sebuah tempat penyimpanan (storage) adalah kemampuannya untuk menampung beragam barang-barang disetiap areanya. Untuk mendukung kemampuan tersebut, tentunya tempat penyimpanan tersebut harus tersusun dari material yang tepat.
Material penyusun storage terdiri dari berbagai macam bahan yang dibedakan menjadi dua macam, yakni bahan struktur dan bahan pelapis. Setiap bahan tersebut mempunyai fungsinya sendiri yang membuat furniture tak hanya terlihat lebih indah tapi juga dapat menjalankan fungsinya menjadi tempat penyimpanan yang baik. 

1. MATERIAL STRUKTUR 

Material struktur menjadi perhatian utama dalam pemilihan furniture penyimpanan. Dengan struktur yang kuat, tentunya furniture dapat digunakan lebih baik dan usia penggunaannyapun lebih lama. Setiap material penyusun struktur yang akan dipilih nantinya tentunya memiliki kelebihan dan kelemahan masing2. Sebelum memutuskan untuk pergi ke pengrajin furniture, ada baiknya jika mengetahui jenis-jenis material yang dugunakan. 

Kayu Solid 
Bahan yang paling baik untuk membuat furniture, karena sangat kuat dan tahan lama. Sering digunakan untuk keperluan exterior dan bangunan rumah seperti kusen, pintu, pragola, dll. Sekarang ini kayu solid semakin susah di cari, dan sebagai pengganti kayu solid digunakan kayu tripleks/plywood, partikel(kayu press), blockboard, MDF(Medium Density fibreboard),. 
Kayu solid masih banyak dipilih srbagai material utama penyusun furnitur. Kebanyakan orang beranggapan bahwa kayu solid dapat bertahan lama, serta materialnya yg padat mudah diberi detail-detail tambahan untuk hiasan. Namun sepanjang penggunaanya, kayu solid akan mengalami muai susut yang dapat berpengaruh terhadap ukuran. Selain itu tanpa langkah pencegahan yang tepat, kayu solid lebih rentan terhadap rayap dan dapat mengeluarkan bubuk kayu sehingga bisa keropos. 

Teakblock 
Material ini tersusun oleh potongan kayu yang dibungkus kayu tipis. Harganyapun cukup terjangkau sehingga banyak dianjurkan untuk digunakan oleh kebanyakan pengrajin. Akan tetapi jika tidak hati-hati memilih, dalam teakblock dapat dijumpai rongga diantara potongan kayu sehingga tak dapat dipasangi paku. 

Multipleks 
Kayu ini biasa disebut kayu lapis, karena memiliki bentuk triplek yang berlapis-lapis. Kayu ini banyak digunakan untuk furniture dan interior ruangan, permukaannya yang lebar akan mempermudah dalam proses pembuatan. Kayu ini cukup bisa bertahan sampai puluhan tahun jika penggunaanya dilingkup interior ruangan. Jika sebagai exterior, bahan ini tidak cukup kuat terhadap cuaca alam. Namun demikian, kayu ini merupakan pengganti kayu solid yang terbaik. 
Multipleks merupakan material kayu yang disusun atas beberapa lapisan kayu sejenis dengan ketebalan tertentu, dan memiliki beragam ukuran yang dapat dijumpai di toko-toko material, mulai dari 3 mm hingga 12 mm. Sebagai material sruktur untuk furnitur, multipleks cukup kokoh. Namun dipasaran harga setiap lembar multipleks lebih mahal dibandingkan material struktur lainnya sehingga harga keseluruhan furnitur pesanan dapat menjadi lebih mahal. 

Partikel 
Partikel dibuat dari sisa serbuk kayu yang dipress untuk dijadikan papan menyerupai triplek.Partikel ini sangat riskan terkena air karena jika terkena air dan meresap bahan akan cepat mengembang dan rusak serta tak kuat menahan beban. 

MDF (Medium Density Fiberboard) 
Material penyusun struktur inimerupakan material yang lazim digunakan oleh furnitur bermerk yang banyak dijumpai di toko-toko. Harganya cukup terjangkau serta sifatnya yang mudah dibentuk membuatnya menjadi pilihan yang sesuai. Akan tetapi, pada beberapa kasus, MDF tidak mempunyai usia yang cukup panjang dibandingkan dengan material lainnya. 
Sesuai namanya MDF adalah material yang berserat yang di padatkan, kemudian dijadikan papan. Bahan material untuk membuat MDF banyak jenisnya diantaranya adalah kertas. Kekurangan MDF sama dengan partikel, yaitu tidak tahan terhadap air. 

Blockboard 
Blockboard merupakan susunan sisa potongan kayu solid yang di susun rapi kemudian dilapisi triplek 3mm pada sisi luarnya.karena blockboard dari susunan kayu solid maka blokboard tidak dapat dibuat setipis triplek yang bisa mencapai 3mm,ketebalan blockboard berkisar 15mm sampai 3-4cm. 

2. BAHAN PELAPIS / FINISHING. 

Apapun bahan dasar struktur yang digunakan untuk furniture penyimpanan, permukaan luarnya harus di-finishing agar tampilannya indah. Dan juga untuk menutupi beberapa kelemahan kayu dalam hal warna, tekstur dan ketahan dalam hal benturan dan keadaan cuaca. 
Ada berbagai jenis finishing kayu. Berdasarkan jenis materialnya, finishing untuk kayu solid dan olahan ada 2 jenis, yaitu Transparan dan Non Transparan. 

a. Lapisan Tranparan 
Politur 
Biasanya berbentuk serpihan atau batangan yang dicairkan dengan alkohol. Tetapi ada juga yang siap pakai dengan komposisi alkohol yang tepat. Politur diaplilasilan dengan menggunakan kain yang di poles secara berkala pada permukaan kayu. Pengaplikasian politur dapat diulang secara berkala jika warnanya sudah memudar. 

Nitro Cellulose (NC) 
Terbuat dai bahan resin NC dan tiner. Bahan ini akan membentuk lapisan film yang tahan air, namun belum kuat untuk menahan goresan maupun benturan fisik. NC di aplikasikan dengan cara semprot (spray) bertekanan udara atau memakai kuas. 

Melamik 
Memberikan lapisan film yang lebih baik daripada NC. Permukaan kayu yang dilapis melamik menjadi sangat halus karena pori-pori kayu tertutup. Bahan ini lebih sulit untuk dilapis ulang dan akan berbau menyengat setelah aplikasi. Ada 2 pilihan finishing, yaitu matt dan glossy (mengkilat). Pengaplikasiannya dengan cara semprot atau memakai kuas. 

Polyurethane (PU) 
Merupakan jenis finishing yang paling tebal lapisan filmnya. Tampilannya menyerupai lapisan plastik sehingga membuat kayu tidak alami. Daya tahannya terhadap panas dan air sangat baik, membuat PU cocok untuk furnitur eksterior. 

Waterbased lacquer 
Menggunakan pencair air murni dan resin yang tertinggal dipermukaan kayu. Lapisannya tahan air dan goresan. Bhan ini lebih disukai oleh para konsumen dari Eropa. 

b. Lapisan Non Transparan. 
Material ini akan menutup 100% seluruh permukaan kayu dan menyembunyikan tampak aslinya. Bentuk fisiknya dapat berupa cat duco dan lapisan (laminate) dalam bentu lembaran atau rol. 

Cat Duco 
Adalah methode penyemprotan cat duco pada permukaan furnitur. Warnanya bervariasi seperti baturan dan warna-warna menyolok. Cocok untuk furnitur bernuansa modern, minimalis dan juga furnitur anak. Harganya relatif mahal dan bila sudah dicat, serat asli tidak bisa dikembalikan lagi. Pengaplikasiannya menggunakan semprot atau kuas. Dengan kemajuan tehnologi dan desain sekarang ini, berbagai motif dapat dibuat dari cat ini, seperti motif batu, marmer, motif pecah seribu maupun motif perak, tembaga dan emas. 

Laminate 
Adalah methode finishing furnitur dengan merekatkan bahan pelapis di permukaan furnitur. Proses pelapisan menggunakan lem khusus kayu, seperti lem kuning. Pelapis yang umum digunakan antara lain veneer, PVC, decosit, tacon, HPL. 

Veneer 
Terbuat dari serat tipis kayu asli. Motifnya tergantung jenis kayu ; ada motif jati, sungkai, nyatoh, kamper atau mahoni. Furnitur yang dibri lapissn ini mirip kayu asli sehingga tampilannya benar2 alami. Dijual dalam bentuk gulungan dengan lebar 10-20 cm, harganya relatif mahal. 

PVC (Polyvinyl Carbonate) 
Merupakan lapisan berbentuk lembaran dan terbuat dari plastik. Permukaannya lebih halus dibanding bahan dari plastik lain, seperti tacon dan decosif. Berbentuk lembaran ukuran 120 cm x 240 cm dan tebal 3 mm. Pilihan warna terbatas, hanya ada coklat dan warna turunannya. Harganya relatif murah. 

Decosif 
Terbuat dari bahan plastik, lebih tipis dari tacon. Berbentuk gulungan dengan tinggi 120 cm, tebal kurang dari 1 mm, sedang panjangnya tidak terbatas. Mempunyai variasi motif cukup banyak. Harganya paling murang dibanding jenis laminate lainnya. 

Tacon 
Sama seperti Decosif, terbuat dari plastik. Berbentuk gulungan dengan tinggi 120 cm, tebal kurang dari 1 mm, sedang panjangnya tidak terbatas. Variasi motif cukup banyak dan permukaannya bertekstur. Harganya per meter lari. 

HPL (High Pressure Laminate) 
Terbuat dari campuran Akrilik dan kayu. Lapisan luarnya menyerupai kayu dan mengandung serat-serat kayu, tapi bagian belakangnya akrilik. HPL biasanya berbentuk lembaran ukuran 120 cm x 240 cm dan tebal 3 mm. Variasi motif dan warna cukup banyak serta permukaannya bertekstur. Harga bervariasi tergantung merk dan motifnya. Warna polos relatif murah dan paling mahal warna silver. 
Keunggulan HPL adalah mengandung unsur kayu, cocok bagi yang ingin menampilkan warna-warna alami kayu. Bahan ini kuat (karena cukup tebal) dan elastis sehingga bisa ditekuk untuk melapisi bagian tepi furniture.

Papan Partikel dengan bahan Tandan Kosong Kelapa Sawit



Kebutuhan kayu sejalan dengan perkembangan populasi dunia yang terus meningkat sementara pada waktu yang sama terjadi proses penyempitan lahan hutan. Adanya ketimpangan antara pasokan dan kebutuhan bahan baku kayu ini, maka perlu dicari alternatif bahan pengganti sumber bahan baku kayu. Areal hutan yang semakin berkurang membatasi pasokan kayu untuk industri termasuk industri papan serat. Oleh karena itu metode pembuatan serat menggunakan bahan pengganti kayu banyak dikembangkan. Alternatif pengganti kayu yang sedang dikembangkan salah satunya adalah limbah kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq).
Komponen terbesar dalam limbah padat tandan sawit adalah selulosa, disamping komponen lain meskipun relatif kecil seperti abu, hemiselulosa dan lignin.
Fengel dan Wegener (1995) menyatakan bahwa selulosa merupakan struktur dasar sel-sel tanaman, oleh karena itu merupakan bahan yang paling penting yang dibuat oleh organisme hidup. Selulosa merupakan kontituen utama kayu. Kira-kira 40-45% bahan kering dalam kebanyakan jenis kayu adalah selulosa terutama dalam dinding sel sekunder (Sjostrom 1995)
Di Indonesia, perkebunan kelapa sawit mulai dikembangkan sejak tahun 1970 dengan luas areal 133.298 ha. Luas areal tersebut makin bertambah dengan laju sekitar 11% per tahun, dari 1,126 juta ha pada tahun 1991 menjadi sekitar 3,584 juta ha pada tahun 2001 (Jatmiko, 2006). Menurut data Departemen Pertanian (2010) pada tahun 2009 luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia telah mencapai lebih dari 8,25 juta ha yang tersebar di 22 provinsi. Propinsi Riau dan Sumatera Utara merupakan propinsi dengan areal perkebunan terluas.
Dengan meningkatnya produksi kelapa sawit, akan berdampak pula kepada peningkatan limbah yang dihasilkan dalam jumlah yang besar. Oleh karena itu dibutuhkan solusi tepat agar limbah tidak terbuang percuma, juga perlu dikelola dengan baik sehingga menghasilkan produk yang memiliki nilai tambah tinggi. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan limbah tersebut menjadi bahan baku papan serat.
 Papan Serat merupakan lembaran hasil pengempaan panas campuran serat kayu atau bahan berlignoselulosa lainnya dengan perekat sintetis atau bahan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa bahan berlignoselulosa dapat menjadi alternatif pengganti bahan baku kayu. Papan Serat berpotensi sebagai pengganti kayu untuk menghasilkan suatu produk jadi dengan kualitas yang tidak kalah dibandingkan kayu solid sehingga dapat mengurangi tingkat eksploitasi hutan.
Umemura (2013) melakukan penelitian mengenai perekat asam sitrat apakah dapat digunakan sebagai pengganti perekat berbahan dasar formaldehid. Dari hasil penelitian beliau ternyata asam sitrat mampu dijadikan pengganti perekat yg berbahan dasar formaldehid. Asam sitrat juga memiliki nilai ekonomis yang lebih murah dibandingkan perekat yang berbahan dasar formaldehid. Pembuatan Papan Serat menggunakan perekat sintetis seperti urea formaldehid, phenol formaldehid, dan melamin formaldehid, padahal penggunaan perekat sintetis tersebut dapat menghasilkan emisi formaldehid yang dapat mengganggu kesehatan manusia, antara lain iritasi mata, penyakit saluran pernafasan, gangguan pencernaan dan sakit kepala. Oleh karena itu, dalam penelitian ini digunakan perekat organik berupa asam sitrat yang ramah lingkungan sebagai subsitusi perekat sintetis yang bertujuan untuk menghindari kelangkaan sumberdaya alam akibat penggunaan perekat sintetis tersebut.
Penelitian tentang penggunaan TKKS sebagai bahan baku Papan Serat/ papan partikel telah banyak dilakukan. TKKS memiliki kandungan zat selusosa yang cukup besar sehingga bisa menggantikan kayu untuk dijadikan papan serat (Sjostrom, 1995). Jatmiko (2006) dengan likuida kayu tandan kosong kelapa sawit masih memberikan hasil yang kurang memuaskan baik sifat fisis mekanis papan serat. Mulyani (2006) melakukan penambahan fortifier taraf 10% dari berat kering serat, namun hasil sifat fisis dan mekanis masih berada di bawah standar JIS A 5905 (2003) meskipun terlihat meningkat dari penelitian sebelumnya.
Lukman (2008) melakukan perendaman serat tandan kosong kelapa sawit dalam air dingin, air panas, dan etanol-benzena, dari hasil tersebut diketahui bahwa perlakuan perendaman serat dalam air panas merupakan perlakuan yang optimal untuk persiapan serat TKKS sebagai bahan baku papan serat. Hal ini dikarenakan perendaman dengan air panas mampu mengurangi zat ekstraktif yang terdapat dalam serat TKKS.


Thursday, April 14, 2016

ASAM SITRAT SEBAGAI PEREKAT PAPAN PARTIKEL


Menurut Aryani (2009) perekat adalah suatu substansi yang dapat menyatukan dua buah benda atau lebih melalui ikatan permukaan. Perekatan berperan penting dalam kekuatan papan partikel, untuk itu banyaknya perekat dalam proses papan partikel harus diperhitungkan. Perekat yang digunakan dalam papan partikel ini adalah asam sitrat.
Asam sitrat merupakan asam organik lemah yang ditemukan pada daun dan buah tumbuhan genus Citrus (jeruk-jerukan). Senyawa ini merupakan bahan pengawet yang baik dan alami, selain digunakan  sebagai penambah rasa masam pada makanan dan minuman ringan. Asam sitrat biasanya terdapat pada jeruk lemon dan limau (Effendi, 2011).
Sifat asam sitrat (Effendi, 2011) yaitu :
1.      Berat molekul                    : 192 g/mol
2.      Specific Grafity                  : 1,54 (200C)
3.      Titik Lebur                        : 1530C
4.      Titik Didih                         : 1750C
5.      Kelarutan dalam air           : 207,7 g/100ml (250C)
6.      Berbentuk kristal berwarna putih, tidak berbau dan memiliki rasa asam.

            Dalam pembuatan partikel biasanya yang digunakan adalah perekat sintetis dengan jenis Urea Formaldehida (UF), Fenol Formadehida (PF), dan Melamin Formaldehida (MF). Perekat sintetis memiliki kelemahan pada ketersediaan bahan baku yang semakin berkurang karena bahan baku untuk perekat sintetis yang berasal dari olahan minyak bumi yang tidak bisa diperbaharui (Maloney, 1993). Selain itu penggunaan perekat sintetis dapat menimbulkan emisi yang dapat menyebabkan pusing, sakit kepala dan insomnia (Umemura et al. 2013). Dilain pihak penggunaan perekat alami yang terbuat dari polimer alam yang berasal dari tanaman dan binatang, sifatnya ramah lingkungan dan tidak menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan.

SIFAT MEKANIS PAPAN PARTIKEL


1.      Keteguhan Lentur atau Modulus of Elasticity (MOE)
                  Menurut Haygreen dan Bowyer (1989) kekuatan lentur atau Modulus of Elasticity (MOE) adalah suatu nilai yang konstan dan merupakan perbandingan antara tegangan dan regangan dibawah batas proporsi. Tegangan didefinisikan sebagai distribusi gaya per unit luas, sedangkan regangan adalah perubahan panjang per unit panjang bahan.
                  Modulus of Elasticity (MOE) dapat diartikan pula sebagai ukuran ketahanan terhadap pemanjangan atau pemendekan suatu contoh benda uji dibawah tarikan atau tekanan.
                  Modulus of Elasticity (MOE) berkaitan dengan regangan, defleksi dan perubahan bentuk yang terjadi. Besarnya defleksi dipengaruhi oleh besar dan lokasi pembebanan, panjang dan ukuran balok serta MOE kayu itu sendiri. Makin tinggi MOE akan semakin kurang defleksi balok atau gelagar dengan ukuran tertentu pada beban tertentu dan semakin tahan terhadap perubahan bentuk (Haygreen dan Bowyer, 1989).
2.      Keteguhan Patah atau Modulus of Rupture (MOR)
                  Keteguhan patah atau Modulus of Rupture (MOR) merupakan sifat mekanis kayu yang berhubungan dengan kekuatan kayu yaitu ukuran kemampuan kayu untuk menahan beban atau gaya luar yang bekerja padanya dan cenderung merubah bentuk dan ukuran kayu tersebut.
                  Modulus of Rupture (MOR) diperlukan untuk menentukan beban yang dapat dipikul suatu gelagar. Modulus of Rupture dihitung dari beban maksimum (beban pada saat patah) dalam uji keteguhan lentur dengan menggunakan pengujian yang sama dengan MOE (Haygreen dan Bowyer, 1989).
                  MOR dan MOE sangat penting untuk diperhatikan terutama untuk pemakaian struktural seperti pelapisan, alas lantai, dinding sisi dan bagian – bagian industri yang memerlukan kekuatan dan ketegaran (Haygreen dan Bowyer, 1989).
3.      Kuat Rekat Internal (Internal Bond)
                  Keteguhan rekat didefinisikan sebagai kekuatan tarik tegak lurus bidang papan. Ikatan internal adalah ukuran tunggal terbaik tentang kualitas pembuatan suatu papan karena menunjukkan kekuatan ikatan antara partikel – partikel. Ikatan internal merupakan suatu uji pengendalian kualitas yang penting karena menunjukkan kebaikan pencampurannya, pembentukannya dan proses pengepresannya (Haygreen dan Bowyer, 1989).


4.      Kuat Pegang Sekrup
                        Kekuatan menahan sekrup penting untuk kegunaan perabotan rumah tangga. Kekuatan menahan sekrup sebagian besar ditentukan oleh kerapatan papan, meskipun kandungan resin juga berpengaruh (Haygreen dan Bowyer, 1989).

SIFAT FISIS PAPAN PARTIKEL


1.      Kerapatan
Kerapatan didefinisikan sebagai massa atau berat per satuan volume. Kerapatan sangat bergantung pada kerapatan bahan yang akan digunakan serta tekanan yang diberikan selama proses pengempaan. Semakin tinggi kerapatan papan partikel yang akan dibuat akan semakin besar tekanan yang digunakan pada saat pengempaan (Haygreen dan Bowyer 1989). Semakin tinggi kerapatan papan partikel, semakin banyak partikel yang dibutuhkan untuk membuat papan pada ukuran yang sama.


2.         Kadar Air
                         Kadar air didefinisikan sebagai berat air yang dinyatakan sebagai persen berat kayu bebas air atau kering tanur. Kadar air kayu berpengaruh terhadap sifat mekanis kayu tersebut. Kadar air sangat mempengaruhi kualitas papan partikel. Kayu atau bahan lain yang memiliki kadar air yang tinggi akan mempersulit dalam proses pembuatan papan partikel, Sedangkan apabila kayu atau bahan lain memiliki kadar air lebih rendah juga mengakibatkan partikel-partikel yang dihasilkan menjadi rapuh atau pecah-pecah. Menurut Widarmana (1977) dalam Putriani (2005) kadar air papan partikel akan semakin rendah dengan semakin meningkatnya suhu dan semakin banyaknya perekat yang digunakan karena ikatan antar partikel akan semakin kuat sehingga air sukar untuk masuk ke dalam papan partikel
3.         Daya Serap Air
Faktor yang mempengaruhi papan partikel terhadap penyerapan air adalah  volume rongga kosong yang dapat menampung air diantara partikel, adannya saluran kapiler yang menghubungkan ruang kosong, permukaan partikel yang tidak tertutupi perekat dan dalamnya penetrasi perekat terhadap partikel (Sari, 2012). Papan partikel sangat mudah menyerap air pada arah tebal terutama dalam keadaan basah dan suhu udara lembab.
4.         Pengembangan Tebal

Sari (2012) mengemukakan bahwa partikel yang berkerapatan rendah akan mengalami pengempaan yang lebih besar pada saat pembebanan sehingga bila direndam dalam air akan terjadi pembebasan tekanan yang lebih besar dan mengakibatkan pengembangan tebal menjadi lebih tinggi. Riyadi (2004) dalam Iswanto (2008) mengemukakan bahwa pengembangan tebal diduga ada hubungannya dengan absorpsi air karena semakin banyak air yang diserap dan memasuki struktur serat maka semakin besar perubahan dimensi yang dihasilkan. 

Papan Partikel dan Pengertiannya




                Berdasarkan SNI 03-2105-2006 tentang papan partikel, papan partikel adalah panel kayu yang dihasilkan dari hasil pengempaan panas campuran partikel kayu atau bahan berlignoselulosa lainnya dengan perekat organik serta bahan lainnya. Papan partikel merupakan salah satu jenis produk komposit atau panel kayu yang terbuat dari partikel-partikel kayu atau bahan berlignoselulosa lainnya, yang diikat dengan perekat sintetis atau bahan perekat lain dan dikempa panas (Maloney, 1993).


          
  Haygreen dan Bowyer (1989) menyatakan bahwa papan partikel merupakan produk panil yang dihasilkan dengan memanfaatkan partikel-partikel kayu dan sekaligus mengikatnya dengan suatu perekat. Tipe-tipe papan partikel dapat dibedakan dalam hal ukuran dan bentuk partikel, jumlah resin yang digunakan dan kerapatan panil yang dihasilkan.
            Pada dasarnya sifat papan partikel dipengaruhi oleh bahan baku kayu pembentuknya, jenis perekat, komposisi yang digunakan serta proses pembuatan partikel tersebut, mulai dari persiapan bahan baku, pembentukan partikel, pengeringan partikel, proses kempa dan finishingnya.
            Sifat Fisis dan Mekanis papan partikel menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Papan Partikel No. 03-2105-2006 tercantum pada Table 2.1.

Tabel 2.1.  Standar Papan Partikel menurut SNI 03-2105-2006
Sifat Papan Partikel
Persyaratan Nilai
Kerapatan (g/cm3)
0,4-0,9
Kadar Air (%)
≤ 14
Pengembangan Tebal (%)
≤ 12
Keteguhan Rekat Internal (kg/cm²)
≥ 1,5
Kuat pegang sekrup (kg)
≥ 31
MOE (kg/cm²)
≥ 2,04 x 104
MOR (kg/cm²)
≥82
Sumber : SNI 03-2015-2006 tentang papan partikel
            Menurut Maloney (1993) berdasarkan kerapatannya papan partikel dibagi dalam 3 golongan, yang pertama adalah papan partikel berkerapatan rendah (Low Density Particleboard), yaitu papan partikel yang mempunyai kerapatan kurang dari 0,59 g/cm3. Kedua adalah papan partikel berkerapatan sedang (Medium Density Particleboard), yaitu papan partikel yang mempunyai kerapatan antara 0,59 - 0,8 g/cm3. Dan yang terakhir adalah papan partikel berkerapatan tinggi (High Density Particleboard), yaitu papan partikel yang mempunyai kerapatan lebih dari 0,8 g/cm3.
            Maloney (1993) menyatakan berdasarkan morfologinya, partikel yang digunakan sebagai bahan baku dapat dibedakan menjadi 3 ukuran. Ukuran yang pertama adalah Flakes, dimensinya bervariasi  dengan ketebalan antara 0,2-0,5 mm dengan panjang antara 10-50 mm dan lebar antara 2-2,5 mm. Ukuran yang kedua adalah Slivers, berbentuk serpihan dengan tebal sampai 5 mm dan panjang sampai 2,5 mm, sedangkan ukuran yang ketiga berupa serbuk gergaji atau serbuk hasil pengamplasan disebut Fines.
                                    Papan partikel memiliki keunggulan dibandingkan kayu asalnya diantaranya adalah bebas mata kayu, tidak pecah, tidak retak, sifat dan kualitasnya dapat diatur serta ukuran dan kerapatan dapat disesuaikan dengan kebutuhan Maloney (1993). Tetapi papan partikel mempunyai ketahanan yang rendah terhadap air, yaitu papan partikel mudah menyerap air dan dalam keadaan basah sifat-sifat yang berhubungan dengan kekuatan mekanis menurun drastis.

                                    Penggunaan papan partikel antara lain adalah untuk perabotan rumah tangga, dinding dalam ruang, plafon, lantai dan lain-lain. Keuntungan dari penggunaan papan partikel antara lain yaitu bahan konstruksi yang cukup kuat, pengerjaannya mudah dan cepat, mudah melakukan finishing, dan dapat menghasilkan bidang yang luas (Sipayung, 2012). Masyarakat kita juga lebih menyukai penggunaan barang-barang interior yang terbuat dari papan partikel karena harganya yang jauh lebih murah, desainnya lebih menarik dan modelnya yang beraneka ragam dibandingkan dengan barang yang terbuat dari kayu asli.