Tuesday, April 26, 2016

Papan Partikel dengan bahan Tandan Kosong Kelapa Sawit



Kebutuhan kayu sejalan dengan perkembangan populasi dunia yang terus meningkat sementara pada waktu yang sama terjadi proses penyempitan lahan hutan. Adanya ketimpangan antara pasokan dan kebutuhan bahan baku kayu ini, maka perlu dicari alternatif bahan pengganti sumber bahan baku kayu. Areal hutan yang semakin berkurang membatasi pasokan kayu untuk industri termasuk industri papan serat. Oleh karena itu metode pembuatan serat menggunakan bahan pengganti kayu banyak dikembangkan. Alternatif pengganti kayu yang sedang dikembangkan salah satunya adalah limbah kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq).
Komponen terbesar dalam limbah padat tandan sawit adalah selulosa, disamping komponen lain meskipun relatif kecil seperti abu, hemiselulosa dan lignin.
Fengel dan Wegener (1995) menyatakan bahwa selulosa merupakan struktur dasar sel-sel tanaman, oleh karena itu merupakan bahan yang paling penting yang dibuat oleh organisme hidup. Selulosa merupakan kontituen utama kayu. Kira-kira 40-45% bahan kering dalam kebanyakan jenis kayu adalah selulosa terutama dalam dinding sel sekunder (Sjostrom 1995)
Di Indonesia, perkebunan kelapa sawit mulai dikembangkan sejak tahun 1970 dengan luas areal 133.298 ha. Luas areal tersebut makin bertambah dengan laju sekitar 11% per tahun, dari 1,126 juta ha pada tahun 1991 menjadi sekitar 3,584 juta ha pada tahun 2001 (Jatmiko, 2006). Menurut data Departemen Pertanian (2010) pada tahun 2009 luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia telah mencapai lebih dari 8,25 juta ha yang tersebar di 22 provinsi. Propinsi Riau dan Sumatera Utara merupakan propinsi dengan areal perkebunan terluas.
Dengan meningkatnya produksi kelapa sawit, akan berdampak pula kepada peningkatan limbah yang dihasilkan dalam jumlah yang besar. Oleh karena itu dibutuhkan solusi tepat agar limbah tidak terbuang percuma, juga perlu dikelola dengan baik sehingga menghasilkan produk yang memiliki nilai tambah tinggi. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan limbah tersebut menjadi bahan baku papan serat.
 Papan Serat merupakan lembaran hasil pengempaan panas campuran serat kayu atau bahan berlignoselulosa lainnya dengan perekat sintetis atau bahan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa bahan berlignoselulosa dapat menjadi alternatif pengganti bahan baku kayu. Papan Serat berpotensi sebagai pengganti kayu untuk menghasilkan suatu produk jadi dengan kualitas yang tidak kalah dibandingkan kayu solid sehingga dapat mengurangi tingkat eksploitasi hutan.
Umemura (2013) melakukan penelitian mengenai perekat asam sitrat apakah dapat digunakan sebagai pengganti perekat berbahan dasar formaldehid. Dari hasil penelitian beliau ternyata asam sitrat mampu dijadikan pengganti perekat yg berbahan dasar formaldehid. Asam sitrat juga memiliki nilai ekonomis yang lebih murah dibandingkan perekat yang berbahan dasar formaldehid. Pembuatan Papan Serat menggunakan perekat sintetis seperti urea formaldehid, phenol formaldehid, dan melamin formaldehid, padahal penggunaan perekat sintetis tersebut dapat menghasilkan emisi formaldehid yang dapat mengganggu kesehatan manusia, antara lain iritasi mata, penyakit saluran pernafasan, gangguan pencernaan dan sakit kepala. Oleh karena itu, dalam penelitian ini digunakan perekat organik berupa asam sitrat yang ramah lingkungan sebagai subsitusi perekat sintetis yang bertujuan untuk menghindari kelangkaan sumberdaya alam akibat penggunaan perekat sintetis tersebut.
Penelitian tentang penggunaan TKKS sebagai bahan baku Papan Serat/ papan partikel telah banyak dilakukan. TKKS memiliki kandungan zat selusosa yang cukup besar sehingga bisa menggantikan kayu untuk dijadikan papan serat (Sjostrom, 1995). Jatmiko (2006) dengan likuida kayu tandan kosong kelapa sawit masih memberikan hasil yang kurang memuaskan baik sifat fisis mekanis papan serat. Mulyani (2006) melakukan penambahan fortifier taraf 10% dari berat kering serat, namun hasil sifat fisis dan mekanis masih berada di bawah standar JIS A 5905 (2003) meskipun terlihat meningkat dari penelitian sebelumnya.
Lukman (2008) melakukan perendaman serat tandan kosong kelapa sawit dalam air dingin, air panas, dan etanol-benzena, dari hasil tersebut diketahui bahwa perlakuan perendaman serat dalam air panas merupakan perlakuan yang optimal untuk persiapan serat TKKS sebagai bahan baku papan serat. Hal ini dikarenakan perendaman dengan air panas mampu mengurangi zat ekstraktif yang terdapat dalam serat TKKS.


1 comment:

  1. Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
    Jika ya, silahkan kunjungi website ini www.kbagi.com untuk info selengkapnya.

    Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)

    ReplyDelete