Kebutuhan kayu sejalan dengan
perkembangan populasi dunia yang terus meningkat sementara pada waktu yang sama
terjadi proses penyempitan lahan hutan. Adanya ketimpangan antara pasokan dan
kebutuhan bahan baku kayu ini, maka perlu dicari alternatif bahan pengganti
sumber bahan baku kayu. Areal hutan yang semakin berkurang membatasi pasokan
kayu untuk industri termasuk industri papan serat. Oleh karena itu metode
pembuatan serat menggunakan bahan pengganti kayu banyak dikembangkan.
Alternatif pengganti kayu yang sedang dikembangkan salah satunya adalah limbah
kelapa sawit (Elaeis
guineensis Jacq).
Komponen terbesar dalam limbah padat tandan sawit adalah selulosa,
disamping komponen lain meskipun relatif kecil seperti abu, hemiselulosa dan
lignin.
Fengel dan Wegener (1995) menyatakan
bahwa selulosa merupakan struktur dasar sel-sel tanaman, oleh karena itu
merupakan bahan yang paling penting yang dibuat oleh organisme hidup. Selulosa
merupakan kontituen utama kayu. Kira-kira 40-45% bahan kering dalam kebanyakan
jenis kayu adalah selulosa terutama dalam dinding sel sekunder (Sjostrom 1995)
Di Indonesia,
perkebunan kelapa sawit mulai dikembangkan sejak tahun 1970 dengan luas areal
133.298 ha. Luas areal tersebut makin bertambah dengan laju sekitar 11% per
tahun, dari 1,126 juta ha pada tahun 1991 menjadi sekitar 3,584 juta ha pada
tahun 2001 (Jatmiko,
2006). Menurut data Departemen Pertanian (2010) pada
tahun 2009 luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia telah mencapai lebih
dari 8,25 juta ha yang tersebar di 22 provinsi. Propinsi Riau dan Sumatera
Utara merupakan propinsi dengan areal perkebunan terluas.
Dengan
meningkatnya produksi kelapa sawit, akan berdampak pula kepada peningkatan
limbah yang dihasilkan dalam jumlah yang besar. Oleh karena itu dibutuhkan
solusi tepat agar limbah tidak terbuang percuma, juga perlu dikelola dengan
baik sehingga menghasilkan produk yang memiliki nilai tambah tinggi. Salah
satunya adalah dengan memanfaatkan limbah tersebut menjadi bahan baku papan serat.
Papan
Serat merupakan
lembaran hasil pengempaan panas campuran serat
kayu atau bahan berlignoselulosa lainnya dengan perekat sintetis atau bahan
lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa bahan
berlignoselulosa dapat menjadi alternatif pengganti bahan baku kayu. Papan
Serat berpotensi
sebagai pengganti kayu untuk menghasilkan suatu produk jadi dengan kualitas
yang tidak kalah dibandingkan kayu solid sehingga dapat mengurangi tingkat
eksploitasi hutan.
Umemura (2013)
melakukan penelitian mengenai perekat asam sitrat apakah dapat digunakan
sebagai pengganti perekat berbahan dasar formaldehid.
Dari hasil penelitian beliau ternyata asam sitrat mampu dijadikan pengganti perekat
yg berbahan dasar formaldehid. Asam
sitrat juga memiliki nilai ekonomis yang lebih murah dibandingkan perekat yang
berbahan dasar formaldehid. Pembuatan
Papan Serat menggunakan
perekat sintetis seperti urea
formaldehid, phenol formaldehid, dan melamin
formaldehid, padahal penggunaan perekat sintetis tersebut dapat
menghasilkan emisi formaldehid yang
dapat mengganggu kesehatan manusia, antara lain iritasi mata, penyakit saluran
pernafasan, gangguan pencernaan dan sakit kepala. Oleh karena itu, dalam
penelitian ini digunakan
perekat organik berupa asam sitrat yang ramah lingkungan sebagai
subsitusi perekat sintetis yang bertujuan untuk menghindari kelangkaan
sumberdaya alam akibat penggunaan perekat sintetis tersebut.
Penelitian tentang penggunaan TKKS sebagai bahan baku Papan
Serat/ papan partikel telah banyak dilakukan. TKKS memiliki kandungan zat
selusosa yang cukup besar sehingga bisa menggantikan kayu untuk dijadikan papan
serat (Sjostrom, 1995). Jatmiko (2006) dengan likuida kayu tandan kosong kelapa
sawit masih memberikan hasil yang kurang memuaskan baik sifat fisis mekanis
papan serat. Mulyani (2006) melakukan penambahan fortifier taraf 10% dari berat
kering serat, namun hasil sifat fisis dan mekanis masih berada di bawah standar
JIS A 5905 (2003) meskipun terlihat meningkat dari penelitian sebelumnya.
Lukman (2008) melakukan perendaman serat tandan kosong kelapa
sawit dalam air dingin, air panas, dan etanol-benzena, dari hasil tersebut
diketahui bahwa perlakuan perendaman serat dalam air panas merupakan perlakuan
yang optimal untuk persiapan serat TKKS sebagai bahan baku papan serat. Hal ini
dikarenakan perendaman dengan air panas mampu mengurangi zat ekstraktif yang
terdapat dalam serat TKKS.
Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
ReplyDeleteJika ya, silahkan kunjungi website ini www.kbagi.com untuk info selengkapnya.
Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)