Bambu merupakan hasil hutan yang dapat digunakan untuk
berbagai keperluan. Bambu merupakan tanaman yang juga disebut rumput raksasa.
Bambu juga salah satu sumber daya alam tropis yang penyebarannya luas dengan pertumbuhan cepat, mudah dibentuk dan
telah luas penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. (Dransfield
& Widjaja, 1995).
Bambu termasuk dalam sub family bambusoidae. Bambu
biasanya memiliki batang, akar yang kompleks, daun berbentuk pedang dan pelepah
yang menonjol. Diperkirakan terdapat 1000 jenis bambu didunia, dari jumlah
tersebut 200 jenis bambu dijumpai di Asia Tenggara (Dransfield & Widjaja,
1995).
Bambu di Indonesia terdiri atas 143 jenis. Di pulau jawa
diperkirakan hanya 60 terdapat jenis bambu, 26 jenis merupakan jenis introduksi
dan 14 jenis diantaranya hanya tumbuh di Kebun Raya Bogor dan Cibodas (Widjaja,
2001 dalam Sulastiningsih et al. 2006).
Bambu betung atau Dendrocalamus
asper adalah
salah satu jenis bambu yang memiliki ukuran lingkar batang yang
cukup besar dan termasuk ke dalam suku rumput-rumputan. Bambu betung
memiliki banyak manfaat diantaranya digunakan sebagai bahan bangunan dan kayu
struktural untuk konstruksi berat seperti rumah dan jembatan (Stephane, 2014).
Tinggi
bambu betung dapat mencapai 10 kaki sedangkan lingkar batangnya dapat mencapai
8 inci. Bambu betung berdinding tebal antara 11 sampai 20 mm. Batang bambu
betung terdiri dari ruas-ruas dengan panjang setiap ruas bambu antara 20 hingga 45 cm serta berwarna hijau
pucat. Daun tumbuhan ini berbentuk tombak dengan
panjang sekitar 15 cm hingga 30 cm dan lebarnya antara 10 mm hingga 25 mm (Stephane, 2014).
Habitat
tanaman ini adalah pada ketinggian rendah sampai 1.500 m. Bambu betung tumbuh
subur terbaik pada ketinggian 400
- 500 m di daerah dengan
curah hujan tahunan rata-rata sekitar 2.400 mm. Tanaman ini tumbuh dengan baik
pada berbagai jenis tanah, bahkan di tanah berpasir dan agak asam, tapi lebih
tumbuh dengan baik di daerah dengan tanah kering dan berat (Stephane,
2014).
Rata-rata kadar air dari batang bambu segar 55% dan
kadar air kering udara 15% dengan berat jenis sekitar 0,7 (Dransfield &
Widjaja 1995). Bambu jenis betung mempunyai sifat fisis dan mekanis yang lebih
baik dari jenis bambu lain (Syafii, 1984 dalam Lucky, 2011). Sifat fisis
mekanis dan kimia bambu betung dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Sifat fisis mekanis dan kimia
bambu betung
No
|
Sifat Bambu
Betung
|
Nilai
|
A
|
Sifat Fisis Mekanis
|
|
1
|
Berat Jenis
|
0,68
|
2
|
Modulus Elastisitas (kg/cm2)
|
53173
|
3
|
Modulus Patah (kg/cm2)
|
342,47
|
4
|
Keteguhan Tekan (kg/cm2)
|
416,57
|
B
|
Sifat Kimia
|
|
1
|
Selulosa (%)
|
52,9
|
2
|
Lignin (%)
|
24,8
|
3
|
Pentosan
(%)
|
18,8
|
4
|
Abu (%)
|
2,63
|
5
|
Silika (%)
|
0,2
|
6
|
Kelarutan dalam :
|
|
|
Air Dingin (%)
|
4,5
|
|
Air Panas (%)
|
6,1
|
|
Alkohol Benzena (%)
|
0,9
|
|
NaOH 1 % (%)
|
22,2
|
Sumber : Hadjib &
Karnasudirja (1986) diacu dalam Lucky
(2011)
Berdasarkan uraian diatas memungkinkan serat bambu betung atau
limbah dari bambu yang sudah tidak terpakai dapat dijadikan sebagai bahan
baku papan partikel, penggunaan limbah dari bambu pastinya akan menambah nilai
ekonomis bambu tersebut apabila dijadikan papan partikel.